Kali ini saya akan sedikit mengupas tentang kegelisahan saya terhadap kondisi saat ini, tepatnya kondisi Pandemi yang sangat 'brutal' pengaruhnya ke berbagai sendi kehidupan, baik secara mental ataupun secara sosial ekonomi dan relasinya.
Pertanyaan yang saya ajukan ke 2 bidang yang merupakan garda terdepan dalam menghadapi fakta lapangan akan pandemi ini adalah bidang Tenaga Medis dan Media/Jurnalistik. Pertanyaannya sebagai berikut :
1. sebagai yang bekerja/menaungi bidang kesehatan atau media, bagaimana keadaan di sekitar tempat kerja terkait kondisi pandemi ini? apa baik-baik aja dan terkendali atau dalam tahap yang gawat?
2. ada beberapa pandangan yang bilang ini janggal, sayapun termasuk yang dari awal merasa berita tentang corona sampai mematikan ekonomi dan aktivitas kehidupan manusia sudah sangat mengerikan itu ada yang janggal, termasuk pendapat Jerinx SID yang sedang menyuarakan kalau ini pandemi, tepatnya adalah Plandemic, ada bisnis besar global yang sudah mempengaruhi dinas kesehatan dan rumah sakit hampir di seluruh pelosok dunia. apa pendapat kamu terkait ini?
*Berikut jawaban dari sisi tenaga medis, seorang perawat dan istri sholeha, tinggal di daerah Sumatera.
A : Kondisi penanganan di daerah2 lain pada saat pandemi ini pasti berbeda-beda. Ini salah satu perspektif saja dari seorang tenaga kesehatan di sebuah provinsi di Indonesia (di luar P. Jawa) dan meminta ke saya agar namanya tidak dicantumkan.
1. Keadaan di tempat kerja relatif masih terkendali. Jumlah pasien umum menurun sekitar 50% dari kondisi normal sebelum ada kondisi pandemi. Kasus di daerah saya yg dinyatakan positif covid19 baru 1 orang. Yang lainnya PDP.
Beberapa kegiatan sosialisasi dan penyuluhan di masyarakat dibatasi. Untuk penyuluhan dilakukan oleh Kader dalam skala kecil dg prosedur penanganan standar covid dan tetap menghindari pengumpulan massa. Tenaga kesehatan juga mengadakan tes cepat di beberapa instansi, masjid, pasar dan beberapa tempat yg masih ada kerumunan.
Ketersediaan APD masih tergolong lancar. Disediakan oleh Dinas Kesehatan terkait, bantuan-bantuan instansi pemerintah, pihak swasta, organisasi dan juga perseorangan.
Dengan memberlakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), menggunakan masker dan physical distancing yg baik dan disiplin, Insya Allah pandemi bisa terkontrol dan diminimalisir.
2. Terlepas adanya konspirasi atau tidak, virus ini memang nyata menyerang kesehatan dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian masyarakat. Kami sebagai tenaga kesehatan, lebih memilih untuk menjalankan peran sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab untuk meninimalisir bertambahnya jumlah kasus yg terinfeksi.
Pandemi atau Plandemi, yang pasti di sini ada pasien yang harus kami tangani dan memang tanggung jawab pekerjaan kami sebagai tenaga kesehatan adalah melayani dan juga memberikan edukasi kepada pasien/masyarakat.
** Berikut 1 jawaban dari sisi tenaga medis juga, seorang penulis juga dan teman di daerah jawa Tengah dan pernah aktif di skena hardcore punk Bekasi.
B: 1. Gw kerja di rumah sakit yang
bukan menjadi rujukan untuk pasien covid, tetapi di awal pandemi semua yang ada
di faskes baik itu klinik,puskesmas,rumah sakit menjadi waspada penuh dan tentu
sajamenerapkan protokol sesuai anjuran pemerintah. Tentu saja dengan bermacam
macam respon, karena baru kali ini mengalami pandemi, satu yang sampe sekarang
masih bersisa efeknya adalah stok masker bedah dan respirator N 95. Trus
menjadi lebih kreatif juga mengakali keterbatasan, dari bikin faceshield DIY,
hazmat DIY, dan belajar belajar belajar, rumah sakit tempat gw kerja terkendali
itu kesimpulannya
2. Gue akan bicara sesuai
kapasitas gue sebagai seorang tenaga kesehatan yang bekerja di kamar operasi.
Sekarang ini apa sih yang ngga ada di medsos ? Semua orang bisa jadi ahli dan
lebih ahli daripada ahli. Yang gue yakini dan gue terapkan adalah, covid 19 ini
hal baru, virus yang kita masih meraba, jurnal ilmiah kedokteran yang terbit
masih ngasih info-info yang kita baru tau tentang virus ini, utamanya jurnal
dari Luar Indonesia. Untuk yang di dalam negeri, mungkin ada tapi jumlahnya
sedikit. Hoax? Itu lebih overdosis lagi banyaknya, teori konspirasi juga banyak
sekali. Kalo gw dan orang yang ada di rumah sakit yang penting adalah menolong
orang lain, yang sakit jadi sembuh, yang sembuh selalu terjaga kesehatanya.
Juga menolong diri sendiri dan keluarga karena nafkah gue ada di situ.
Kalo
masalah bisnis, masih mending ngga ada covid kaya gini, rumah sakit di saat
.pandemi kaya gini, mayoritas drop bahkan banyak yang merumahkan karyawannya,
untuk survive saja sudah sangat beruntung. Karena anjuran untuk tidak ke rumah
sakit jika ngga bener bener kondisi gawat darurat, juga di faskes pertama
seperti klinik dan puskesmas. Kalo rumah sakit milik pemerintah ngga ada
masalah perumahan karyawan karena mayoritas digaji sama pemerintah, yang ASN
ya. Kalo masalah bisnis, rumah sakit swasta selain fungsi sosial jelas ada
bisnisnya, tapi sejauh mana siy bisnisnya tentu berbeda beda tiap rumah sakit. Seorang
dokter senior di tempat gw bilang, " jadi pedagang itu bagus, jadi dokter
juga bagus, tapi jangan dicampur dua duanya, susah buat jadi bagusnya ",
disambung lagi dengan " rejeki kita ini halal tapi ngga toyib, lah gimana
lagi mana ada orang sakit yang seneng, ngeluarin duit karena sakit jelas beda
dengan beli makanan enak". Tapi mau gimana lagi? Ngga semua orang jadi
pemain gitar, drummer.
Tentu lebih baik sehat selalu, tapi ga mesti juga kan
selalu sehat, nah itu, jadi di situ jadi bisnis. Bisnis yang ngurusin hal yang
ngga bisa diketeng di warung ato dijual di online shop, nyawa. Lebih seneng kok
kalo operasi itu operasi lahiran ajalah, begitu lahir kan bawa kebahagiaaan. Musim
pandemi gini alah busyet, lebih baik ngga ada kaya ginian dah, dikira enak
banget apa, apalagi kaitan dengan klaim berjuta juta. Yaelah, jaman bpjs gini
yang sering telat bayarnya ke rumah sakit. Entah karena orang indonesia yang
malas bayar premi, bayar premi baru inget kalo pas sakit dan butuh biaya besar.
Sejelek jeleknya apapun yang orang bilang tentang bpjs, itu satu yang
menyelamatkan banyak orang. Dari pasien cuci darah, kecelakaan yang mendadak. Kalo
ngga ada duit mau andalkan apa?. Itu meski kadang telat bayar klaim dari rumah
sakit, sangat berguna. Buat rumah sakit? Ya harus survive dengan kondisi
seperti ini, bayangan keuntungan karena pandemi? Bisa survive aja rumah sakit
bersyukur banget.
Bekerja di sektor kesehatan itu selalu berharap yang terbaik
dan selalu siap untuk segala kemungkinan yang terburuk. Kalo kaitanya dengan
covid, ya mudah mudahan jenis yang Indonesia memang ngga seganas yang ada di
negara lain, sehingga dengan menerapkan menjaga personal higiene setiap waktu ,
menjaga imun dengan asupan makanan yang baik dan menerapkan kebiasaan hidup
sehat, bisa terhindar dari bahaya covid ini. Kalo soal ini karena penerapan
protokolnya memang seperti itu, kan ada ODP dan PDP, klo emang hasil rapid
misalnya positif, inikan di ODPkan, trus lanjut test swab/PCR buat kepastian,
nah kalo pada saat menunggu hasil test swab/PCR orang itu meninggal ya protokol
dijalankan, meski belum tentu positif covid, hanya positif rapid. Nah yang kaya
gini kan diitung pemakaman dengan protokol covid, juga dengan pasien lain yang
dicurigakan atas dasar anamnesa dan juga test rapid. Ya kan tadi udah gue
bilang always pray and hope for the best and always prepare for the worst. Prinsip
di kesehatan preventif lebih baik dari kuratif
***Berikut ini jawaban dari sisi pekerja media, seorang teman yang jadi senior jurnalis di sebuah media cetak dan online ternama. juga seorang pemain gitar dan vokal sebuah band heavy metal.
C : 1. Bisa dibilang ga baik2 aja sih karena
perusahaan sangat tergantung dengan iklan. Sementara iklan sekarang sangat
sedikit. Perusahaan juga sebelum pandemi sudah mengalami penurunan pendapatan
karena iklan yang turun dan strategi perusahaan yang tidak inovatif. Sementara
skrg media rata-rata sudah beralih ke multiplatform digital. Adanya pandemi
menambah tekanan yang lebih besar lagi thdp kas perusahaan. Sepertinya rata2
semua perusahaan media sedang bermasalah secara finansial di masa pandemi.
2. Kalau bicara asal muasal pandemi, saya percaya
bahwa itu akibat transmisi dari binatang seperti yang sering disebut2 oleh para
pakar. Menurut saya ga ada konspirasi soal itu. Sejarah pandemi selalu terkait
dengan kontak dengan binatang di tengah pergerakan ekonomi manusia. Baik itu
pandemi black death, pes, flu spanyol dll.
Cuman yang penting diperhatikan adalah kondisi ketika
pandemi tengah berlangsung seperti sekarang, khususnya perlombaan korporasi
menemukan vaksin. Orientasi korporasi yang mengedepankan profit ditambah
kondisi sistem pasar bebas seperti sekarang akan rentan menimbulkan masalah
terkait distribusi vaksin ke orang banyak. Bisa jadi akan ada monopoli produksi
dan distribusi jalur vaksin bila kelak vaksin sudah ditemukan oleh pihak2
tertentu. Ngobrolin monopoli, pasti akan bersinggungan sama persoalan akses
yang tidak merata. Bahkan menteri ristek bambang brodjonegoro saja sudah menyebutkan
ada interest komersial dalam hal produksi vaksin sekarang ini.
Masalah pandemi ini menurut saya dasarnya bakal
berkaitan dengan tegangan antara kepentingan komersial/ekonomi dan kepentingan
kemanusiaan. Sisi komersial/ekonomi pasti mengedepankan profit dan itu bukan
buat semua orang. Sementara kepentingan kemanusiaan menuntut semua orang
mendapatkan perlakuan setara.
Kalau data, emg kompleks. Data yang diumumin BNPB itu
terkait juga dengan kapasitas alat pengetesan. Jadi misalnya dalam sehari ada
kasus positif hampir seribu kasus, misalnya, itu bisa berarti beberapa hal: 1)
kapasitas pengetesannya emang besar sehingga bisa mengkover orang banyak, 2)
orang2 ga disiplin sehingga kasus ga turun2, 3) ada yang salah dengan kebijakan
penanganan pandemi dari pemerintah (misal, pilihan antara lockdown atau PSBB),
4) infeksi virus memang sangat besar, 5) gabungan semua itu
Komentar
Posting Komentar